Melodi dan Visual: Kunci Menembus Batas Bahasa Anak Berkebutuhan Khusus di SLB C Cipaganti

Penulis Berita
By Penulis Berita
Dengan memadukan nada dan gambar, riset ini tidak hanya menggali kemampuan bahasa anak ASD, tetapi juga membuka peluang baru dalam metode pembelajaran yang inklusif, kreatif, dan penuh harapan.(foto: ist)

BERITA-JABAR.COM – Di balik sunyinya kata-kata yang tak terucap, tersimpan perjuangan luar biasa dari anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Mereka bukan tidak ingin bicara, tetapi keterbatasan dalam perkembangan bahasa—baik dalam menerima maupun mengungkapkan—membuat pengucapan kosakata dasar pun menjadi sebuah tantangan besar. Akibatnya, kebutuhan, keinginan, bahkan sekadar pendapat sulit mereka sampaikan secara verbal, yang berimbas pada kemampuan mereka berinteraksi dan belajar.

Bukan hanya kata, konsep-konsep abstrak seperti “waktu”, “bahagia”, atau “cinta” pun seolah tak terjangkau. Berbeda dari benda konkret yang dapat dilihat atau disentuh, konsep imajinatif itu sulit mereka tangkap karena lemahnya kemampuan berpikir abstrak.

Fenomena inilah yang menginspirasi Dr. Masnipal, S.Pd., M.Pd. dan tim penelitinya dari Unisba untuk menyusun strategi komunikasi inovatif. Penelitian berjudul “Identifikasi Kemampuan Pengucapan Bunyi Bahasa Kategori Kosakata Dasar pada Anak Autis Kelompok Mampu Didik melalui Pendekatan Musik Kontrol dan Permainan Tebak Kartu Bergambar” ini, tidak hanya fokus pada pengucapan kata, tetapi juga menggali pendekatan edukatif yang sesuai dengan dunia anak ASD.

Didanai oleh LPPM Unisba, penelitian ini merancang dua pendekatan utama: kontrol musik dan permainan tebak gambar. Musik digunakan sebagai alat terapi interaktif untuk memperkaya kosakata dan memperjelas pelafalan. Bernyanyi bersama terbukti mampu menciptakan suasana hangat, menenangkan kecemasan, dan merangsang partisipasi anak dalam berkomunikasi. Sementara itu, permainan tebak gambar memanfaatkan daya tarik visual untuk membantu siswa mengenal dan memahami kosakata, baik konkret maupun abstrak, melalui asosiasi visual yang menyenangkan.

Dr. Masnipal menjelaskan bahwa proses penelitian diawali dengan penilaian awal terhadap kemampuan bahasa anak. Hal ini penting untuk mengetahui tingkat penguasaan kosakata dan menjadi landasan menyusun intervensi yang tepat. Selanjutnya, kedua metode tersebut diterapkan dan dimonitor secara sistematis. Setiap perkembangan dicatat, dianalisis, lalu disusun menjadi laporan penelitian yang kelak bisa dijadikan pedoman pengembangan metode belajar yang lebih baik untuk ABK.

Anggota tim lainnya, Askurifai, S.Sos., M.Si., turut memaparkan bahwa pada tahap evaluasi awal, anak-anak hampir tidak mampu menyebutkan satu pun kosakata dasar tanpa bantuan gambar. Hal ini menegaskan bahwa memori verbal mereka sangat terbantu oleh pemicu visual. Setelah gambar diperkenalkan, mereka mulai mampu menyebutkan 8 dari 20 kosakata yang ditampilkan—sebuah kemajuan yang menunjukkan potensi besar dari pembelajaran berbasis visual.

Hari kedua menjadi titik uji pendekatan kontrol musik. Lagu-lagu anak seperti “Balonku”, “Pelangi”, dan “Burung Kakak Tua” dinyanyikan bersama guru pendamping dan tim peneliti, diiringi tayangan video dari YouTube. Meskipun respons verbal masih minim, perhatian mereka terhadap gambar dalam video menunjukkan adanya keterlibatan kognitif yang kuat terhadap rangsangan visual.

Percobaan berlanjut dengan menampilkan lirik lagu “Balonku” di papan tulis. Saat kalimat “Balonku ada lima” dituliskan, siswa mulai membaca meski tanpa irama. Ini menjadi indikator bahwa kemampuan literasi dasar mereka mulai terpicu, meski belum terintegrasi penuh dengan melodi.

Puncaknya, ketika metode gambar diterapkan kembali, respons siswa meningkat. Mereka tidak hanya menyebutkan kosakata dari gambar, tetapi juga mulai menuliskannya tanpa bantuan visual—meskipun masih perlu bimbingan guru. Ini merupakan lompatan besar dalam perkembangan bahasa dan literasi mereka.

Untuk memperkuat pemahaman, Heru Pratikno, S.S., M.A., salah satu peneliti, melakukan wawancara mendalam dengan guru pendamping. Dari sana terungkap bahwa metode pengajaran dilakukan secara bertahap: dimulai dari tahap konkret (dengan benda nyata), lalu semi-abstrak (menyebut dan menunjuk gambar), hingga akhirnya tahap abstrak (menuliskan kosakata tanpa bantuan visual). Strategi ini terbukti efektif membangun jembatan antara pemahaman nyata dan abstrak.

Penelitian ini dilaksanakan di SLB C Cipaganti, Jalan Hegar Asih No. 1-3, Kota Bandung. Selain para dosen lintas fakultas, mahasiswa dari Program Studi PAUD Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Unisba juga ikut terlibat aktif dalam proses riset ini.

Dengan memadukan nada dan gambar, riset ini tidak hanya menggali kemampuan bahasa anak ASD, tetapi juga membuka peluang baru dalam metode pembelajaran yang inklusif, kreatif, dan penuh harapan.(gifa/png)

Share This Article
Leave a Comment