Unisba Gaungkan Semangat Peradaban di Era Society 6.0 Lewat Forum Cendekia Bersama Anies Baswedan

Penulis Berita
By Penulis Berita
Dalam pidatonya, Anies Baswedan menyoroti dinamika pendidikan di abad ke-21 yang penuh dengan percepatan dan disrupsi.(foto: komhumas unisba)

BERITA-JABAR.COM – Universitas Islam Bandung (Unisba) kembali membuktikan perannya sebagai mercusuar intelektual dan spiritual bangsa dengan menyelenggarakan Forum Cendekia dan Kuliah Umum bertema “Pendidikan Berkarakter: Memperkuat Peran Perguruan Tinggi dalam Membangun Peradaban Bangsa di Era Society 6.0” pada Rabu, 18 Juni 2025 di Aula Utama Kampus Unisba, Jalan Tamansari No. 1, Kota Bandung.

Dalam kesempatan istimewa ini, Unisba menghadirkan tokoh nasional dan pemikir Muslim terkemuka, H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D. yang dikenal luas atas dedikasinya di bidang pendidikan dan kepemimpinan. Forum Cendekia diikuti para dosen serta tenaga kependidikan, sementara sesi Kuliah Umum terbuka untuk mahasiswa dan masyarakat umum.

Kegiatan ini sekaligus menjadi penanda resmi dimulainya perayaan Milad ke-67 Unisba. Momentum itu ditandai dengan penayangan video “coming soon” rangkaian acara Milad, diikuti simbolisasi penekanan planjer oleh Rektor Unisba Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H., didampingi Dekan Fakultas Teknik, Dr. Ir. M. Dzikron AM, S.T., M.T., IPM. Tak hanya itu, pelepasan burung oleh para Wakil Dekan dan Ketua Program Studi menambah makna simbolik sebagai bentuk harapan dan kebebasan dalam meraih ilmu.

Rektor Unisba juga menyerahkan SK Lektor Kepala kepada sejumlah dosen yang telah mencapai kualifikasi akademik, sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi mereka dalam pengembangan pendidikan tinggi.

Dalam sambutannya, Prof. Edi mengungkapkan kebahagiaannya atas kehadiran Anies Baswedan yang disebut sebagai “anugerah” bagi Unisba. Ia menekankan bahwa kehadiran tokoh besar ini diharapkan membawa inspirasi, khususnya dalam penguatan karakter, pengabdian sosial, serta pengembangan nilai-nilai keilmuan.

Prof. Edi menegaskan bahwa semangat pembentukan karakter telah menjadi roh dari pendidikan Unisba sejak berdiri pada tahun 1958. Kampus ini dibangun atas dasar semangat Tafaquh Fiddin—pemahaman agama secara menyeluruh dan terpadu dengan ilmu pengetahuan umum.

“Kami mendidik mahasiswa agar tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia, memiliki jiwa pejuang (mujahid), pemikir (mujtahid), dan pembaharu (mujaddid),” jelasnya.

Ia mengajak seluruh civitas akademika menjadi Scholarship of Engagement, yakni cendekiawan yang tidak hanya aktif dalam riset dan pengajaran, tapi juga memberikan kontribusi nyata bagi umat dan bangsa.

Anies Baswedan: Cendekiawan Zaman Kini Harus Siap Belajar dan Melepaskan

Dalam pidatonya, Anies Baswedan menyoroti dinamika pendidikan di abad ke-21 yang penuh dengan percepatan dan disrupsi. Menurutnya, perguruan tinggi harus segera bertransformasi: menyederhanakan birokrasi, menyesuaikan kurikulum, dan memperkuat kapasitas dosen.

“Setiap pendidik harus menjadi learner—pembelajar yang tak hanya haus akan ilmu baru, tapi juga berani unlearn, melepaskan konsep lama yang sudah tak relevan,” tegasnya. Ia menyebut bahwa belajar membutuhkan pikiran, tetapi unlearning memerlukan keberanian dan kerendahan hati.

Anies menekankan bahwa teknologi seperti AI harus dilihat sebagai mitra, bukan ancaman. “Teknologi tidak akan menggantikan dosen yang terus memperbarui materi dan menginspirasi. Tapi dosen yang mengulang materi yang sama selama 10 tahun, bisa saja tergantikan,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa kekuatan kampus tidak diukur dari peringkat jurnal semata, tapi dari ketangguhannya membangun peradaban. Karena itu, pendidikan harus mampu mempersiapkan mahasiswa untuk tampil unggul di tingkat lokal, regional, hingga global.

Kuliah Bukan Sekadar Rutinitas, Tapi Titik Awal Kepemimpinan

Dalam Kuliah Umum, Anies mengajak mahasiswa untuk melihat masa perkuliahan sebagai fase emas pengembangan diri. Ia menekankan bahwa kepemimpinan bukan sekadar posisi, tapi tentang keteladanan dalam berpikir, berkata, dan bertindak.

Menurutnya, mahasiswa harus aktif dalam organisasi untuk membentuk integritas dan rasa tanggung jawab. Ia juga mendorong lahirnya daya pikir kritis dan kreativitas, karena ide-ide luar biasa kerap bermula dari pertanyaan yang tidak biasa.

Kemampuan bekerja sama dan komunikasi efektif juga ditekankan sebagai kompetensi kunci. “Berbicara bukan hanya soal menyampaikan, tetapi bagaimana pesan diterima secara bermakna, termasuk melalui visual, audiovisual, dan bahasa global,” ungkapnya.

Meski AI semakin canggih, kata Anies, komunikasi manusia yang empatik dan sarat nilai tidak bisa tergantikan mesin. Ia juga menyoroti pentingnya kepedulian terhadap isu-isu sosial seperti ketimpangan dan keadilan.

Sebagai penutup, Anies mengingatkan bahwa umat Islam tidak tertinggal karena lemah, tetapi karena terlambat merespons zaman. Ia mengajak seluruh elemen Unisba untuk menjadi pelopor perubahan, dengan semangat pejuang, pembelajar, dan pembaharu yang tidak padam menghadapi tantangan masa depan.(gifa/png)

Pelepasan burung oleh para Wakil Dekan dan Ketua Program Studi menambah makna simbolik sebagai bentuk harapan dan kebebasan dalam meraih ilmu.(foto: komhumas unisba)
Share This Article
Leave a Comment