BERITA-JABAR.COM – Dalam sorotan Pilpres 2024, sejumlah program talk show televisi justru dinilai menyajikan ajaran Islam dalam bentuk yang dangkal, disederhanakan, dan penuh muatan politik. Fenomena ini dikupas secara kritis oleh Dr. Syaiful Halim, M.I.Kom, dalam Sidang Promosi Doktornya di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Kamis (10/07).
“Islam seolah dipreteli maknanya, direduksi untuk kepentingan visual media dan politik. Bahkan, di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim, ajaran Islam bisa jadi tampak asing dan tersingkir,” tegas Halim.
Ia menyoroti adanya gejala oversimplification, yakni saat media mengemas peristiwa politik biasa menjadi terlihat luar biasa secara sosial, atau sebaliknya. “Yang terjadi bukan sekadar penyederhanaan makna, tapi juga bentuk banalitas terhadap Islam di ruang publik,” lanjutnya.
Dalam disertasinya yang berjudul Representasi Islam di Televisi: Studi terhadap Program Talk Show di Stasiun tvOne dan CNN Indonesia pada Pemilu Presiden 2024, Halim menelusuri dua tayangan ikonik: kemunculan Ganjar Pranowo dalam iklan adzan, serta kehadiran Anies Baswedan saat salat Jumat di Surabaya.
“Sayangnya, diskusi seputar dua tayangan ini tidak membahas esensi spiritual seperti wudhu, akhlak, atau kedalaman makna masjid dan salat Jumat. Fokusnya justru bergeser ke pencitraan politik,” kritiknya.
Penelitian yang dilakukan sejak 2022 hingga 2024 itu menggunakan pendekatan kajian agama (Religious Studies) dan dibimbing tiga guru besar: Prof. Dr. H. Zaenal Mukarom, M.Si., CICS., Prof. Dr. M. Fakhruroji, M.Ag., serta Prof. Mohammad Taufiq Rahman, M.A., Ph.D.
Menurut Halim, kajian agama dan media perlu mengadopsi pendekatan kritis dengan menyerap teori modernisme, posmodernisme, hingga posstrukturalisme agar bisa membaca konten media secara mendalam.
“Penelitian ini tidak hanya mengkritisi isi tayangan, tapi juga menyentuh bagaimana talk show dirancang secara kreatif dan pentingnya literasi media bagi masyarakat,” tambah pria yang pernah meniti karier sebagai jurnalis SCTV ini.
Dr. Syaiful Halim dikenal sebagai akademisi lintas bidang—penulis, periset, dosen, konsultan media, hingga sutradara dokumenter. Ia pernah meraih Piala Citra dalam kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia 2015. Kini, ia aktif mengajar di Universitas Mathla’ul Anwar Banten, Telkom University Bandung, Tanri Abeng University Jakarta, serta Universitas Terbuka (UT).(askur/png)