WISUDA Gelombang II Tahun Akademik 2024/2025 Universitas Islam Bandung (Unisba) yang berlangsung pada Sabtu–Minggu, 23–24 Agustus 2025 di Aula Utama Unisba, menjadi momen berharga bagi lebih dari 1.700 lulusan. Di antara para wisudawan, dua nama mencuri perhatian karena kisah perjuangan mereka yang sarat keteguhan, doa, dan kerja keras.
Adienda Alifah Mutiara Wardah: Mengejar Cita dengan KIP Kuliah
Adienda, mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis asal Bandung, berhasil lulus dengan predikat Pujian (IPK 3,72). Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, ia sempat pesimis bisa melanjutkan pendidikan tinggi karena keterbatasan biaya. Namun, beasiswa KIP Kuliah menjadi penyelamat dan pintu menuju mimpinya.
“Sempat ragu apakah bisa kuliah, tapi Alhamdulillah KIP membantu saya hingga lulus. Beasiswa ini bukan hanya bantuan finansial, tapi juga pemicu semangat untuk berprestasi,” ujarnya.
Aktif di Himpunan Mahasiswa Akuntansi Unisba selama dua periode, Adienda menggagas berbagai kegiatan seperti pelatihan UMKM Tamansari dan pengabdian untuk UMKM Bojongsoang. Di tengah kesibukan itu, ia tetap bekerja paruh waktu di Trans Studio sebagai staf akuntansi dan audit demi menopang kebutuhan hidup.
Tantangan pribadi pun tak ringan. Ibunya telah meninggal dunia, sementara ayahnya harus berjuang melawan penyakit jantung dan diabetes. “Ayah dan ibu adalah pahlawan bagi saya. Untuk ayah, tetaplah kuat. Insya Allah semua ujian akan dapat dilalui,” ungkapnya haru.
Kini, Adienda bersiap melanjutkan studi S2 melalui program fast track dengan beasiswa dari Bank BSI. Ia berharap ilmunya kelak dapat memberi manfaat yang lebih luas.
Hafitsa Saleh: Dari Kampung Nelayan untuk Masa Depan Pendidikan
Kisah lain datang dari Hafitsa Saleh, lulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, yang menorehkan IPK 3,20. Gadis asal Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur ini adalah anak kedua dari lima bersaudara. Ayahnya seorang nelayan sekaligus petani musiman, sementara sang ibu adalah ibu rumah tangga.
Hafitsa bisa kuliah di Unisba berkat Beasiswa Indonesia Timur, setelah sempat gagal masuk perguruan tinggi negeri. “Beasiswa ini sangat berarti. Orang tua hanya menanggung biaya perjalanan, selebihnya ditanggung. Alhamdulillah saya bisa kuliah di Unisba,” ucapnya.
Selama di Bandung, ia tinggal di Pondok Pesantren At-Tamim, Cileunyi. Di sana, ia tekun menghafal Al-Qur’an hingga mencapai lima juz mutqin, membina para santri muda, dan sesekali mengajar.
Kesederhanaannya tidak membuatnya berkecil hati. “Saya memilih Unisba karena reputasinya bagus dan nuansa Islami yang mendukung,” jelasnya.
Usai wisuda, Hafitsa ingin kembali ke kampung halaman. “Insya Allah saya ingin pulang dan mengajar di NTT. Masih banyak anak yang butuh guru berpendidikan. Semoga ke depan bisa melanjutkan studi S2,” tuturnya penuh harap.(gifa/png)