Voice Talent Sebagai Profesi Komunikasi Era Digital

admin@jabar
By admin@jabar

BERITA-JABAR.COM (08/08/2021): Sanggar Prathivi (Penggemar Radio, Teater, Film dan Televisi) merupakan wadah yang menempa para calon dubber (sulih suara) dan voice over (pengisi suara) sejak tahun 70-an. Dari sinilah lahir nama-nama pengisi suara untuk kaset, radio, iklan, film, dan produk audio lainnya. Salah satunya adalah Tisa Julianti yang sudah berkiprah selama 29 tahun.

Tisa yang lulusan Prodi Ilmu Komunikasi sebuah PTS ini Sabtu (7/08/21) menjadi nara sumber Webinar Edukasi Komunikasi bertajuk “Menjadi Praktisi Komunikasi di Era Digital” pada Sabtu (7/8) yang dihelat Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung (Unisba) secara daring. Webinar ini sebagai rangkaian edukasi komunikasi di era digital kepada kaum milenial sebagai pemilik dunia digital. Yang menarik materi Tisa adalah karena kreasinya sering menghipnotis masyarakat, baik lewat kaset (jamannya Tutur Tinular), berbagai produk iklan, company profile, film kartun, dan sinetron asing (India, Korea, Latin).

Di depan peserta daring siswa SLTA dan sederajat Tisa bercerita tentang karirnya menjadi Voice Talent.  Menurutnya menjadi seorang dubber dan voice over dimulai sejak kelas 3 SD. Awal karirnya hanya mengisi suara yang sifanya peran lewat, selama tahun 1993-1995. Waktu itu hanya mengisi Ranma, Keong Mas, Gembala Angsa, dan lainnya. Setelah dijalani selama dua tahun akhirnya Tisa menjadi pengisi suara peran utama.

Selama 29 tahun mampu bertahan di voice talent menurut Tisa ada beberapa tips, diantaranya mempunyai karakter suara, teknik voice acting, dan personality yang kuat.

“Mengapa voice acting itu penting dalam pekerjaan dubbing? Karena di situ kita harus mampu menjadi diri orang lain dan menghidupkan karakternya,” jelas Tisa. Lalu dia mencontohkan bagaimana dubbing sinetron India dengan karakter wanita cerewet, kepo, dan mau menang sendiri.

Mengenai proses kreatif (frame work) antara dubber dan voice over menurutnya berbeda. Jika menjadi dubber alur kerjanya berawal dari stasiun tv, Production House (PH) atau brand (untuk iklan). Kemudian masuk  ke bagian audio post (pengolahan suara) kemudian ditangani oleh voice director. Dari sinilah baru diserahkan kepada seorang dubber. Sementara frame work untuk voice over dimulai dari brand kemudian masuk ke advertising agency dilanjutkan ke PH kemudian ke bagian audio post. Setelah di audio post ini baruah diserahkan kepada seorang voice over.

Pada bagian akhir Tisa membeberkan beberapa iklan yang pernah diisi suaranya, diantaranya Sunsilk, Rijoice, Clear, Lux, Biore, Nissin Wafer, Fresh Care, Mami Poco, Lazada, Ruang Guru, Frisian Flag, dan lainnya. Sementara film dan sinetron yang pernah dibubuhi suaranya, diantaranya Pretty Cure, Spice Girl, Barbie, P-Man, Hamtaro, Rapunzel, Cinderella, Engkaulah Takdirku, Meteor Garden 2018, Black Panther, Battle of Surabaya, dan lainnya.

Pesan Tisa untuk yang ingin meniti karir di dunia voice talent bisa dimulai dari kuliah di Fikom. Karena di prodi inilah materi yang berhubungan dengan voice talent diajarkan secara teori dan praktik. Salah satu yang sudah mulai menekuni dunia ini adalah Nova Shafira yang kini masih kuliah di Fikom Unisba.(ask/png)

Share This Article
Leave a Comment