Unisba Jadi Episentrum Inovasi Sosial Lewat Bimtek Kosabangsa dan Program ‘Mahasiswa Berdampak 2025’

Penulis Berita
By Penulis Berita
Acara ini diikuti oleh peserta dari 83 perguruan tinggi negeri dan swasta yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten. Peserta terdiri atas dosen Program Kosabangsa, dosen pendamping BEM, serta ketua dan pengurus BEM. Kegiatan ini dibagi ke dalam tiga sesi diskusi panel: satu sesi khusus membahas Program Mahasiswa Berdampak oleh BEM, dan dua sesi lainnya mendalami implementasi Program Kosabangsa.(foto: komhumas unisba)

BERITA-JABAR.COM— Universitas Islam Bandung (Unisba) kembali menunjukkan peran strategisnya dalam membangun ekosistem pengabdian masyarakat berbasis ilmu pengetahuan. Pada Kamis, 19 Juni 2025, kampus ini dipercaya menjadi tuan rumah pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penulisan Proposal Program Kosabangsa dan Sosialisasi Program Mahasiswa Berdampak: Pemberdayaan Masyarakat yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk tahun anggaran 2025.

Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama antara Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di bawah naungan Ditjen Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) bersama Unisba, dan digelar di Aula Utama kampus.

Dalam sambutannya, Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H., menyebut momen ini sebagai titik penting dalam memperkokoh sinergi antara dunia akademik dan masyarakat. Ia menekankan bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi—pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat—harus menjadi pondasi utama dalam menjawab tantangan zaman dan mendukung terwujudnya Visi Indonesia Emas 2045.

Menurut Prof. Edi, Program Kosabangsa adalah cerminan perubahan sosial dari akar rumput, yang melibatkan langsung dosen, mahasiswa, dan masyarakat sebagai katalis perubahan. Sedangkan Program Mahasiswa Berdampak mendorong mahasiswa agar tak hanya cakap secara akademik, tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan semangat kepemimpinan yang tinggi.

“Program Mahasiswa Berdampak adalah wujud nyata tanggung jawab intelektual generasi muda sebagai agen perubahan dan calon pemimpin bangsa,” ujarnya. Ia juga mendorong agar mahasiswa keluar dari zona nyaman dan aktif membaca realitas sosial, bukan sekadar menjadi “mahasiswa kupu-kupu”.

Melalui Bimtek ini, lanjutnya, diharapkan mahasiswa dapat memperkaya cara berpikir ilmiah mereka dan menggunakannya untuk menciptakan manfaat bagi masyarakat luas.

Turut hadir dalam acara ini, Kepala LLDIKTI Wilayah IV, Dr. Lukman, S.T., M.Hum., yang menyampaikan apresiasi dan harapannya terhadap program ini. Ia menegaskan bahwa Kampus Berdampak adalah cahaya harapan baru dalam memperluas kontribusi nyata dunia kampus kepada masyarakat.

“Terima kasih kepada Ditlitabmas yang terus mendorong semangat pengabdian melalui Program Kosabangsa dan Mahasiswa Berdampak. Negeri ini memiliki kekayaan luar biasa. Mari kita bangun dengan inovasi yang sederhana namun membawa perubahan,” kata Dr. Lukman.

Ia juga menyoroti pentingnya mengembangkan ekonomi sirkular berbasis teknologi aplikatif yang bisa langsung diterapkan masyarakat. Dana hibah, menurutnya, harus dikelola dengan tanggung jawab dan tanpa potongan, serta dipastikan tepat sasaran agar program berjalan optimal. LLDIKTI Wilayah IV akan terus mengawal pelaksanaan melalui proses monitoring dan evaluasi yang ketat.

Sementara itu, Prof. Apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., selaku Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemendiktisaintek, menyampaikan bahwa Bimtek ini tidak sekadar pelatihan teknis, tetapi juga strategi dalam menguatkan kapasitas dosen dan mahasiswa agar lebih adaptif dan solutif dalam menjawab persoalan sosial melalui dua program unggulan: Kosabangsa dan Mahasiswa Berdampak.

Ia menyebut Program Kosabangsa sebagai salah satu program yang paling berhasil, yang kini telah disosialisasikan ke berbagai daerah—mulai dari Nusa Tenggara Timur, Surabaya, Surakarta, hingga Bandung. “Kami ingin program ini diterima dengan baik dan dibuktikan melalui peningkatan jumlah serta mutu proposal yang diajukan,” ucapnya.

Prof. Adnyana menegaskan, Kosabangsa merupakan jembatan yang menghubungkan hasil penelitian kampus dengan kebutuhan nyata masyarakat. Kampus, kata dia, tak boleh lagi hanya menjadi menara gading—melainkan hadir sebagai bagian dari solusi sosial.

“Melalui Mahasiswa Berdampak, mahasiswa kita posisikan sebagai motor utama perubahan—mereka bukan lagi penonton, tapi pemain utama dalam proses transformasi sosial di tengah era disrupsi,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa mahasiswa memiliki posisi strategis sebagai penyambung pengetahuan dan teknologi di tengah masyarakat yang sibuk memenuhi kebutuhan dasar. Peran mahasiswa kini mencakup berbagai bidang, mulai dari sosial, ekonomi, budaya, hingga teknologi.

“Kolaborasi antara perguruan tinggi, dosen, mahasiswa, dan masyarakat harus dijaga dan diperkuat. Mari kobarkan semangat Kosabangsa dan Mahasiswa Berdampak untuk Indonesia yang lebih inklusif dan berdaya,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) dirancang sebagai ruang strategis bagi dosen dan mahasiswa untuk menyumbangkan solusi terhadap persoalan masyarakat melalui pendekatan ilmiah dan kolaboratif. Sementara itu, Program Mahasiswa Berdampak menjadi wadah pembentukan karakter dan kepemimpinan mahasiswa yang solutif serta responsif terhadap problem sosial.

Acara ini diikuti oleh peserta dari 83 perguruan tinggi negeri dan swasta yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten. Peserta terdiri atas dosen Program Kosabangsa, dosen pendamping BEM, serta ketua dan pengurus BEM. Kegiatan ini dibagi ke dalam tiga sesi diskusi panel: satu sesi khusus membahas Program Mahasiswa Berdampak oleh BEM, dan dua sesi lainnya mendalami implementasi Program Kosabangsa.***

Share This Article
Leave a Comment