BERITA-JABAR.COM: Perihal pemberian vaksin booster akhirnya terjawab sudah. Presiden Joko Widodo menyatakan pemberian vaksin booster bisa dilaksanakan mulai 12 Januari 2022 di seluruh Indonesia.
Dikutip dari pernyataan langsung Presiden Joko Widodo melalui siaran pers dan rekaman video, vaksin diberikan secara gratis kepada seluruh masyarakat dengan syarat tertentu.
Alasan pemberian vaksin kepada seluruh masyarakat dan diberikan secara gratis menurut presiden adalah karena keselamatan masyarakat menjadi hal paling utama.
Prioritas vaksin diberikan kepada masyarakat lanjut usia dan kelompok rentan.
“Untuk meningkatkan kekebalan tubuh masyarakat mengingat virus yang terus bermutasi. Keselamatan masyarakat adalah yang utama,” tegasnya.
Syarat lainnya adalah penerima vaksin ketiga telah menjalani dua kali vaksinasi, berusia diatas 18 tahun. Di mana vaksinasi terakhir diterima sejak enam bulan lalu. Itu berarti masyarakat yang dapat menerima vaksin booster adalah yang telah mendapatkan vaksinasi kedua maksimal 12 Juli 2021 lalu.
Sementara itu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam siaran pers virtual mengatakan ketersediaan vaksin untuk program booster sudah tersedia dengan cukup. Bahkan pemerintah mendapatkan bantuan vaksin lebih dari 50 juta dosis gratis dari luar negeri dengan kombinasi vaksin.
Bagi penerima vaksin Sinovac akan mendapatkan vaksin yang sama (homolog). Namun bisa juga mendapatkan vaksinasi kombinasi produk lain seperti Pfizer, AstraZeneca dan juga Moderna (heterolog).
Sesuai dengan rekomendasi dan pertimbangan kesiapan dosis vaksin dan hasil riset peneliti konfirmasi Badan POM dan Itagi, maka kombinasi vaksin dapat diberikan dengan ketentuan, penerima vaksin Sinovac akan diberikan vaksin booster setengah dosis Pfizer atau setengah dosis AstraZeneca. Sementara penerima vaksin selain Sinovac, misalnya AstraZeneca akan diberikan setengah dosis Moderna.
Ia menegaskan berdasarkan hasil penelitian dalam dan luar negeri, pemberian vaksin kombinasi setengah dosis mampu meningkatkan kekebalan tubuh penerima dan mengurangi resiko KIPI.
“Ini berdasarkan ketersediaan jenis vaksin yang ada, jadi perlu kombinasi vaksin,” tegasnya.(Guh/aris/png)