Sampah yang Berubah Jadi Harta: Kulit Singkong Bawa UMKM Cimenyan Melaju ke Level Baru

Penulis Berita
By Penulis Berita
Melalui program PKM, tim pengabdian memperkenalkan inovasi pengolahan limbah kulit singkong menjadi tepung pangan fungsional yang memiliki nilai gizi serta potensi ekonomi tinggi bagi pelaku UMKM.(foto: komhumas unisba)

BERITA-JABAR.COM – Limbah yang selama puluhan tahun hanya berakhir di tempat sampah atau jadi pakan ternak, kini resmi naik kelas menjadi bahan baku premium. Berkat kolaborasi apik antara dosen dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) serta Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung (Unisba), kulit singkong kini disulap menjadi tepung fungsional kaya gizi yang siap menggebrak pasar.

Program ini merupakan bagian dari hibah Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Kemdiktisaintektahun 2025 yang dipusatkan di Kecamatan Cimenyan — salah satu sentra produksi singkong terbesar di Kabupaten Bandung.

“Kami ingin membuktikan bahwa limbah itu sebenarnya adalah bahan baku yang tertunda untuk diolah,” tegas Dr. Diamonalisa Sofianty, SE, ketua tim pengabdian dari FEB Unisba. “Di Cimenyan, setiap hari ada ratusan kilo kulit singkong yang dibuang. Padahal kalau diolah dengan benar, kulit ini bisa jadi tepung tinggi serat, bebas gluten, dan punya nilai jual dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi dari tepung biasa.”

Selama kegiatan, puluhan pelaku UMKM diajak praktik langsung: dari mencuci dan mengiris kulit singkong, pengeringan dengan teknologi sederhana tapi efisien, penggilingan hingga jadi tepung super halus, hingga meracik berbagai produk turunan — mulai keripik kulit singkong renyah, stik tinggi serat, sampai brownies dan kue kering sehat yang cocok untuk penderita diabetes maupun yang sedang diet.

Tim Teknik Unisba mengurus sisi produksi dan alat-alat higienis berbiaya terjangkau, sementara tim FEB mengajarkan cara membangun merek, desain kemasan kekinian, foto produk yang instagramable, hingga strategi penjualan di marketplace dan media sosial.

“Saya sudah 15 tahun jualan keripik singkong tapi baru tahu kalau kulitnya bisa jadi uang juga,” ujar  salah satu peserta yang langsung excited. “Ini seperti dapat bahan gratis dari limbah sendiri. Bisa bikin produk baru yang lebih sehat, harga jual lebih tinggi, tapi biaya produksi malah turun.”

Dengan semangat zero waste dan ekonomi sirkular, inovasi sederhana ini berhasil menunjukkan bahwa solusi besar sering kali lahir dari hal yang selama ini dianggap remeh. Dari kulit singkong yang terbuang, kini lahir harapan baru bagi ratusan keluarga UMKM di Cimenyan untuk naik kelas — lebih sehat, lebih hijau, dan tentu saja, lebih sejahtera.

Satu kulit, seribu peluang. Cimenyan membuktikan: limbah bukan akhir tapi awal dari cerita sukses.(gifa/png)

Share This Article
Leave a Comment