BERITA-JABAR.COM (03/08/2021): Fenomena social enterpreneuship kini sedang berkembang. Wirausaha kategori ini adalah mereka para pengusaha yang tidak fokus pada pencarian keuntungan semata tapi juga memerhatikan lingkungan sekitar. Kewirausahaan sosial cenderung lebih eksis karena konsepnya mau berbagi dengan orang lain sehingga bisa saling membantu.
Hal itu diungkapkan Akbar A Utama, Kaprodi SW Sekolah Bisnis dan Management (SBM) dalam The 2nd International Virtual Course (IVC) yang diadakan SBM ITB.
Kegiatan ini diadakan untuk membangkitkan semangat kewirausahaan sosial yang dapat memperlama usia kewirausahaan seseorang. Antusiasme peserta berasal dari berbagai kalangan, yakni dari Indonesia dan peserta dari luar negeri, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Kuwait, Maroko, dan negara lain.
Acara yang digelar selama tiga minggu ini, para peserta akan bekerja dengan para pengusaha mikro dan kecil Indonesia yang telah melakukan berbagai kegiatan sosial.
Sementara itu, Prameshwara, dosen dan PIC IVC Kewirausahaan menambahkan, bisnis seharusnya memperhatikan 3 P, yakni profit (keuntungan), people (orang) dan planet (bumi). Jadi, seorang pengusaha jangan hanya fokus pada faktor ekonomi tetapi juga memberi dampak sosial bagi masyarakat dan lingkungan.
Kegiatan sosial yang dilakukan pengusaha bisa berbagai macam bentuk. Tidak perlu mengeluarkan biaya besar. Namun, perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar tempat usaha dan kapasitas pebisnis untuk melakukan kegiatan sosial.
Prameshwara mencontohkan, seorang pengusaha skala mikro di Pekalongan mengajarkan anak-anak di sekitar tempat usahanya belajar, seperti bahasa Inggris dan teater. Tujuannya, agar anak-anak tidak terus-terusan bermain gawai. Pengusaha lainnya, mengajarkan cara berkendara dengan aman kepada pengendara motor.
“Kita (pengusaha) punya potensi apa, itu yang kita kerjakan. Tidak usah mengharapkan adanya donasi. Kegiatan sosial tidak harus besar, simpel tetapi mempunyai dampak luas,” kata Prameshwara.
Kegiatan lainnya bisa berbentuk pemberdayaan orang dengan disabilitas. Para disabilitas diberi pembelakalan agar mempunyai kemampuan sehingga bisa percaya diri dan mandiri.
Untuk bisa melaksanakan kegiatan sosial, pengusaha diharapkan bisa membiayai sendiri. Dana yang disediakan bergantung kemampuan pengusaha. Dikatakan Prameshwara, rata-rata besaran dana yang dikeluarkan pengusaha untuk kegiatan sosial sebesar 20 persen dari keuntungan yang dialokasikan untuk kegiatan pemberdayaan
Banyak manfaat yang bisa diperoleh pengusaha dari kewirausahaan sosial. “Ketika bisnis memperhatikan 3P, bisnis akan bertahan lama karena akan dapat banyak dukungan juga kesempatan kolaborasi,” ucap Prameshwara.
Khusus di Indonesia, perkembangan kewirausahaan sosial belum marak. Hal ini antara lain disebabkan mindset para pengusaha Indonesia yang cenderung mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan lingkungan sosial sekitarnya. Untuk itu perubahan mindset para pengusaha Indonesia perlu dilakuan, salah satunya melalui seminar, workshop, dan literasi kewirausahaan sosial. (Pun/ aris-png)