BERITA-JABAR.COM – Di era teknologi yang terus melaju tanpa batas, yang bisa dilakukan masyarakat bukan lagi membendung arusnya, melainkan memaksimalkan manfaat dan meminimalkan dampak negatifnya. Semangat inilah yang melandasi kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang digagas Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Fikom Unisba) bersama Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Majalengka.
Bertempat di SDIT Insan Rabbani Majalengka, Jumat (3/5), kegiatan ini diikuti oleh 62 guru dari berbagai sekolah Islam terpadu di daerah tersebut. Ketua Pelaksana PKM, Dr. Oji Kurniadi, menyampaikan pentingnya membekali masyarakat—khususnya para pendidik—dengan kecakapan digital agar tidak sekadar menjadi pengguna, tapi juga pemanfaat teknologi yang bijak dan produktif.
Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang diemban oleh Fikom Unisba. Tim dosen yang terlibat meliputi Dr. Oji Kurniadi, Prof. Dr. Dedeh Fardiah, dan Dr. Rini Rinawati.
Dalam kegiatan tersebut, disampaikan pula data mencengangkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pada tahun 2024, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 221,56 juta jiwa—sekitar 79,5% dari total populasi. Bahkan, hampir 40% anak usia dini tercatat telah menggunakan ponsel pintar.
Dr. Ferry Darmawan, dalam materinya berjudul “Gadget untuk Pendidikan: Potensi, Risiko, dan Pemanfaatan Aplikasi Edukasi di Era Digital”, mengungkapkan bahwa anak-anak kini akrab dengan gadget seperti smartphone dan tablet untuk bermain, menonton video, belajar daring, hingga berkomunikasi. Gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, termasuk dalam dunia pendidikan.
Penggunaan gadget yang tepat, menurut Dr. Ferry, dapat mempercepat proses belajar, memperluas akses informasi, dan melatih keterampilan teknologi. Namun, tanpa kontrol yang tepat, gadget juga bisa menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti kecanduan, gangguan kesehatan, hingga paparan konten yang tidak sesuai usia.
Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2020 menunjukkan bahwa 71,3% anak usia sekolah memiliki gadget pribadi, dan 79% di antaranya diperbolehkan orang tua untuk menggunakannya di luar kepentingan belajar. Tak kurang dari 55% dari mereka menggunakan gadget untuk bermain game—baik online maupun offline.
Untuk menanggulangi risiko tersebut, Dr. Ferry menyarankan pemanfaatan aplikasi edukatif yang tersedia di berbagai platform digital. Aplikasi ini dirancang khusus untuk membantu proses belajar mengajar, mengasah keterampilan, serta memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan menyenangkan.
Di akhir paparannya, ia menegaskan bahwa peran guru dan orang tua dalam mendampingi serta mengawasi penggunaan teknologi sangatlah krusial.
Sementara itu, Prof. Dr. Dedeh Fardiah, dalam sesi bertajuk “Literasi Media untuk Guru”, menggarisbawahi keterampilan yang wajib dimiliki guru di era digital. Guru harus mampu menyaring informasi secara kritis, membuat konten pembelajaran digital, mengelola kelas online, serta menjalin komunikasi yang aman dan efektif di ruang digital.
Namun, Prof. Dedeh juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi para pendidik, seperti keterbatasan infrastruktur digital, kurangnya pelatihan teknologi, serta beban administratif yang cukup tinggi.
Ia menekankan bahwa kolaborasi antarguru, dukungan dari sekolah, dan kebijakan pemerintah yang berpihak sangat penting dalam mengakselerasi peningkatan literasi digital di kalangan pendidik.
Guru, lanjutnya, tak hanya dituntut sebagai pendidik, tetapi juga sebagai panutan digital. Mereka harus bisa memberikan teladan dalam menggunakan teknologi secara etis, mengelola komunitas digital sekolah dengan aman, serta bersikap terbuka dan suportif terhadap kebutuhan siswa di dunia maya.(oji k/png)